Nenek Penjual Opak Jalan Pamularsih

Wednesday, February 09, 2011

nenek penjual opak pamularsih
Jalan Pamularsih, samping kanan museum Ronggowarsito Semarang, saat itu hari minggu pukul 10 siang saya sedang berhenti di lampu merah pamularsih "huh panas sekali", kepala serasa memuai dibungkus helm, waktu itu saya terburu-buru karena ditinggal rombongan menghadiri pernikahan mas Munif di Krapyak.

Saya melihat seorang Nenek berdiri dibawah pohon membawa bakul plastik berisi Opak (jajanan terbuat dari singkong). Nenek ini umurnya sekitar 80 tahunan, wajahnya keriput, pipinya kempot, kulitnya hitam tersengat matahari, punggungya agak bungkuk memakai jarik batik warna coklat dan kerudung hitam  terduduk lesu, mungkin kepanasan dan kelelahan (berkata dalam hati). Lampu lalulintas menyala hijau, saya pun melenggang tanpa memperdulikan nenek ini karena terburu-buru.

Selang beberapa minggu saya lewat Jalan Pamularsih sekitar pukul 12 siang pulang dari Seminar Bedah buku di STEKOM Siliwangi. Nenek ini berjalan menyusuri trotoar sambil menggendong keranjang berisi opak, sepertinya habis jualan di Sekolah Dasar yang tak jauh dari situ. Kalau melihat dia menggendong bakul, saya jadi teringat dengan nenek saya yang meninggal 2008 lalu. Nenek saya sering membawa padi dan sayuran dari kebun untuk dijual ke pasar memakai keranjang bambu.

Saya pun berbalik arah di depan SMA Pamularsih (koreksi misal salah nama) dan menghampiri nenek yang sudah mangkal ditempatnya biasa berjualan Opak. "mbah tumbas opaknya mbah..." Saya cuma berniat membeli sedikit saja untuk cemilan dirumah, berapapun nenek ini menyebutkan harga akan saya bayar, tidak disangka dibungkusnya 1 kresek plastik penuh.  Lalu saya tanya sambil merogoh uang di kantong celana, sepertinya ada 10ribu kembalian beli bensin tadi pagi "wah kok katah men mbah? pinten niku?". Si nenek pun menjawab dengan suara pelan menundukkan kepala "tigang ewu mas" dalam bahasa Indonesia berarti "tiga ribu rupiah mas" dia masih mengisi plastik sampai penuh.

Duh kok murah banget ya, buat cemilan sendiri 1 hari pun gak bakal habis, lalu aku berikan saja semua uangnya. "niki mbah artone, mboten sah disusuki" 1 kresek penuh opak saya ambil dari jari-jari tuanya , sedangkan nenek itu berucap lirih dari pipinya yang kempot "matursuwun".

Sejenak aku duduk di jok motor sambil memandang nenek penjual opak itu, dia masih dengan pose yang sama berdiri dipinggir jalan. Mungkin sekilas orang yang lewat akan mengira dia seorang pengemis, tapi dia bukan pengemis. Sungguh Tak tega, sudah tua, jualan dipinggir jalan, tersengat terik siang hari, pantasnya dia menimang cucu di rumah.

Kasihan, tapi mungkin lebih tepatnya salut atas perjuangan nenek itu dibandingkan dengan orang-orang yang mengemis menengadahkan tangan meminta belas kasihan dengan wajah memelas sedangkan umurnya masih muda dan kuat untuk bekerja. Siapa sih yang mau dikasihani? membebani orang lain? Mungkin nenek ini juga tidak mau dikasihani atau membebani orang lain (anaknya).

Oiya tadi nanya-nanya sedikit sama nenek ini, katanya dia berjualan opak di sekitar SD pamularsih sejak pagi hari, misalkan anak anak sekolah sudah pulang dan opaknya masih banyak, dia beralih tempat di pinggir jalan berjualan opak sampai habis. Opaknya enak kok, gurih dan gak berminyak, aroma singkongnya masih terasa dengan taburan seledri garing.

Kalau lewat di Jalan Pamularsi dan menjumpainya, beli opaknya ya? lumayan buat cemilan waktu nonton bola atau lembur bikin tugas.

You Might Also Like

24 komentar

  1. kasihan si nenek, setua itu masih harus tetap bekerja, seharusnya para pejabat dan para koruptor malu...

    ReplyDelete
  2. S A L U T...
    jadi malu ama diri sendiri yang kalo kaga punya duit malah tetep nongkrong ga berusaha... /hiks
    ni cerita kayanya nemplok dikepala ane terus2xan nih, motivasi tiada henti.. thank you mister slam..

    PS: main main ke sekargading kalo saya dah pindah ke semarang ya.. (anterin keliling semarang jg yoo)

    ReplyDelete
  3. kalo lewat, Insyaallah ane borong gan!!

    ReplyDelete
  4. @joe : gak ngurus korupto dan pejabat dah... bosen
    @dawa ; waha siap mas, kalo nanti udah di semarang tak jak main basket
    @sauqi : owhhh kesatiran ya? #lupalupaingat
    @mafioso : alhamdulilah ada yang mau borong

    ReplyDelete
  5. "tigang doso ewu mas" ya 30.000 dong a', bukan 3.000

    kalau tigang ewu, baru 3000

    ReplyDelete
  6. kirim a', lama ga makan opak nih.
    via email bisa ga ngirimnya? hehe...

    ReplyDelete
  7. jadi ingat simbah di rumah...hiks...

    ReplyDelete
  8. @narti : udah di ralat mba, hehehe 3 ribu. makasi koreksinya
    @sda : memandang poto si embah

    ReplyDelete
  9. Wah...alangkah mulianya hatimu, smoga banyak yang perduli dan baik hati jika dirimu setua nenek itu nantinya :)

    ReplyDelete
  10. Yah, ini nenek pejuang sejati. Semoga urusan-urusannya dimudahkan Allah. Terima kasih atas ceritanya yang inspiratif. Semoga yang membaca mau berjuang untuk mendapat rejeki secara halal

    ReplyDelete
  11. SMA Kesatrian I... Ahaiii.. tempat aku sekolah.
    Eh sebelah mananya to? btw, itu gambarnya klo dilihat kan di samping Museum Ronggowarsito bukan? hihihihi

    ReplyDelete
  12. @noor : hae bang, mau opaknya?
    @ami ; amiennn
    @oky : iya ky, itu ksatrian, tempat mangkalnya disamping ronggowarsito persis, dipinggir jalan. fotonya cuma tadi pas tak edit kasih watermark malah kebalik hehehe
    @edo : hay mas edo

    ReplyDelete
  13. saya selalu nggak tega melihat yang seperti ini.sudah terlalu tua untuk mencari nafkah. kadang saya berpikir, kemana anaknya? kemana suaminya? jalan satu-satunya buat meringankan beban dia cuma dengan membeli barang dagangannya (kalo bisa, semua!)

    ReplyDelete
  14. huaa~ kasianaaan..
    beli opaknya juga tyas ga bisa, jauh betul di semarang.. T>T

    ReplyDelete
  15. di komplek perumahanku sini juga ada kisah yang hampir sama. bapak2 umur 80-90an jualan pisang pake gerobak. sebenarnya jangankan buat naik gerobak, buat jalan aja dia udah susah, bungkuk pake kacamata harus narik gerobak berisi pisang. kasihan banget lah. mencari sesuap nasi di masa senjanya tanpa harus meminta-minta. salut.
    jadi pengingat kalo lagi ga semangat.

    ReplyDelete
  16. @henny : iya mba, hebat ya
    @yasyas (tyas) : kalo lewat aku juga bisa yas
    @ali : iya buat inspirator, gak kalah sama kick andy

    ReplyDelete
  17. lam kenal mas....?
    Kasihan y,moga nenek itu,di berkahi dan sehat selalu
    trim's y,aku terinsfirasi dengan tulisan2-nya,sehingga aku bisa membuat tulisan sendiri,biarpun masih jelek juga
    hehehe....
    sesekali mampir y ke blog'ku

    ReplyDelete
  18. belum sempat ketemu si mbah...
    semoga pas lewat besok ketemu dan nyempetin mampir beli.

    ReplyDelete
  19. nenek keriput + compang camping LEBIH BERMARTABAT dr pd si Anjing KORUPTOR. Aku do'ain Gede Milik nya Nek.

    ReplyDelete
  20. itu merupakan kenikmatan yang tak terhingga bagi sang nenek

    ReplyDelete
  21. Opak itu makanan gurih khas indonesia. Di kota besar sdh jarang terdapat... :)

    ReplyDelete

Followers